Total Tayangan Halaman

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

warna-warni

kunjungan anda

gelembung

cursor

Mini Rage Face Cuteness Overload Smiley

Blogroll

Translate

Pengikut

RSS

Pages

Pariwisata Indonesia Posisi 74 Dunia

ANGKA kunjungan pariwisata menjadi indikator bagi keberhasilan sebuah negara mengelola destinasi wisatanya. Tahun ini, peringkat Indonesia naik ke posisi 74 dunia.

Menurut World Economic Forum, pada 2011 daya saing pariwisata Republik Indonesia naik peringkat. Dari awalnya peringkat ke-81 pada 2010 menjadi peringkat ke-74 pada 2011 di antara 139 negara. Sementara untuk peringkat di negara-negara Asia-pasifik, Indonesia mengalami kenaikan dua peringkat, dari ranking 15 ke ranking 13.

Ternyata, kenaikan peringkat ini paling dipengaruhi oleh bidang keamanan dan keselamatan. "Perbaikan paling signifikan adalah di bidang keamanan dan keselamatan, kita naik dari ranking 119 ke ranking 72 dari 139 negara," jelas Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu saat jumpa pers di Gedung Sapta Pesona, Kamis (29/12/2011).

"Isu keamanan menjadi sangat penting bagi pariwisata karena dapat menentukan layak atau tidaknya negara kita dikunjungi oleh wisatawan mancanegara," jelasnya.

Selain bidang keamanan, kenaikan peringkat Indonesia juga disebabkan tingginya daya saing harga pariwisata. "Pariwisata kita memiliki harga yang sangat kompetitif namun tetap memiliki value of money yang tinggi," tambahnya.

Dalam daya saing harga ini, Indonesia menempati peringkat 4 dari 139 negara. Selain meningkatkan keamanan dan juga daya saing harga, Mari berjanji di 2012 Kementrian Pariwisatan dan Ekonomi Kreatif akan memerbaiki infrastruktur pariwisata Indonesia.

"Infrastruktur memang telah menjadi pekerjaan rumah kami dan di tahun 2012, kami sudah siap untuk membereskan pekerjaan rumah ini dengan mengkoordinasikan bersama kementrian-kementrian lain," tutupnya.


sumber : travel.okezone.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Lokasi Surfing Terbaik di Indonesia



SURFING menjadi bagian dari kesenangan wisatawan ketika berniat wisata bahari. Menjelajahi wilayah yang memiliki pantai dengan ombak terbaik merupakan hal yang wajib dilakukan penikmat selancar.

Berikut daftar tempat surfing terbaik yang ada di Indonesia menurut para surfer berdasarkan ulasan Lonelyplanet,
Bali

Sebagian besar peselancar pasti telah mengenal tempat ini. Bali merupakan salah satu tempat surfing terbaik kelas dunia dan pusat berselancar di Indonesia. Di sebagian besar Pantai Bali, Anda akan dengan mudah menemui para surfer, mulai dari pemula hingga profesional.

Salah satu pantai terbaik yang dimiliki Bali adalah Pantai Kuta. Pantai ini menawarkan gulungan gelombang terbaik dengan pasir pantai lembut, dan di sini juga terdapat banyak sekolah surfing.

Nusa Tenggara

Tak hanya di Bali, Anda dapat menemui gulungan air laut di bawah papan surfing Anda ketika berada di Nusa Tenggara, tepatnya daerah Lombok. Tempat ini sangat rutin dikunjungi oleh para surfer kelas dunia karena pantai di Lombok memiliki gelombang yang sangat melegenda. Pantai-pantai di sini memiliki gelombang yang selalu berubah-ubah setiap 20 detik.

Jawa


Pantai-pantai Pulau Jawa sangat terkenal dengan ombak G-Land. Hal ini dapat Anda temui di Pantai Plengkung yang dikenal sebagai surga para peselancar dunia. Di pantai ini, ombak akan datang secara beruntun tanpa henti, atau dapat dikatakan ombak yang sempurna. Pantai Plengkung merupakan titik surfing terbaik dengan ombak yang sangat bersahabat bagi para surfer pemula.

Sumatera


Bila ingin menemukan tempat surfing terbaik di Sumatera, Anda dapat menemuinya di Kepulauan Mentawai. Jajaran pulau-pulau yang ada di Mentawai merupakan rumah bagi para peselancar kelas dunia. Di tempat ini para surfer dapat menemukan gelombang laut setiap waktu.


sumber : travel.okezone.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rambu Solo, Tradisi Hormati Kematian di Tana Toraja


SETIAP daerah punya tradisi menghormati kematian. Jika di Bali dikenal dengan istilah Ngaben, di Sumatera Utara dikenal Sarimatua, maka di Tana Toraja dikenal dengan upacara Rambu Solo'.
Persamaan dari ketiganya: ritual upacara kematian dan penguburan jenazah. Di Tana Toraja sendiri memiliki dua upacara adat besar yaitu Rambu Solo' dan Rambu Tuka.
Rambu Solo' merupakan upacara penguburan, sedangkan Rambu Tuka, adalah upacara adat selamatan rumah adat yang baru, atau yang baru saja selesai direnovasi.
Rambu Solo' merupakan acara tradisi yang sangat meriah di Tana Toraja, karena memakan waktu berhari-hari untuk merayakannya. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada siang hari, saat matahari mulai condong ke barat dan biasanya membutuhkan waktu 2-3 hari. Bahkan bisa sampai dua minggu untuk kalangan bangsawan. Kuburannya sendiri dibuat di bagian atas tebing di ketinggian bukit batu.
Karena menurut kepercayaan Aluk To Dolo (kepercayaan masyarakat Tana Toraja dulu, sebelum masuknya agama Nasrani dan Islam) di kalangan orang Tana Toraja, semakin tinggi tempat jenazah tersebut diletakkan, maka semakin cepat pula rohnya sampai ke nirwana.
Upacara ini bagi masing-masing golongan masyarakat tentunya berbeda-beda. Bila bangsawan yang meninggal dunia, maka jumlah kerbau yang akan dipotong untuk keperluan acara jauh lebih banyak dibanding untuk mereka yang bukan bangsawan. Untuk keluarga bangsawan, jumlah kerbau bisa berkisar dari 24 sampai dengan 100 ekor kerbau. Sedangkan warga golongan menengah diharuskan menyembelih 8 ekor kerbau ditambah dengan 50 ekor babi, dan lama upacara sekitar 3 hari.
Tapi, sebelum jumlah itu mencukupi, jenazah tidak boleh dikuburkan di tebing atau di tempat tinggi. Makanya, tak jarang jenazah disimpan selama bertahun-tahun di Tongkonan (rumah adat Toraja) sampai akhirnya keluarga almarhum/ almarhumah dapat menyiapkan hewan kurban. Namun bagi penganut agama Nasrani dan Islam kini, jenazah dapat dikuburkan dulu di tanah, lalu digali kembali setelah pihak keluarganya siap untuk melaksanakan upacara ini.
Bagi masyarakat Tana Toraja, orang yang sudah meninggal tidak dengan sendirinya mendapat gelar orang mati. Bagi mereka sebelum terjadinya upacara Rambu Solo' maka orang yang meninggal itu dianggap sebagai orang sakit. Karena statusnya masih 'sakit', maka orang yang sudah meninggal tadi harus dirawat dan diperlakukan layaknya orang yang masih hidup, seperti menemaninya, menyediakan makanan, minuman dan rokok atau sirih. Hal-hal yang biasanya dilakukan oleh arwah, harus terus dijalankan seperti biasanya.
Jenazah dipindahkan dari rumah duka menuju tongkonan pertama (tongkonan tammuon), yaitu tongkonan dimana ia berasal. Di sana dilakukan penyembelihan 1 ekor kerbau sebagai kurban atau dalam bahasa Torajanya Ma'tinggoro Tedong, yaitu cara penyembelihan khas orang Toraja, menebas kerbau dengan parang dengan satu kali tebasan saja. Kerbau yang akan disembelih ditambatkan pada sebuah batu yang diberi nama Simbuang Batu. Setelah itu, kerbau tadi dipotong-potong dan dagingnya dibagi-bagikan kepada mereka yang hadir.
Jenazah berada di tongkonan pertama (tongkonan tammuon) hanya sehari, lalu keesokan harinya jenazah akan dipindahkan lagi ke tongkonan yang berada agak ke atas lagi, yaitu tongkonan barebatu, dan di sini pun prosesinya sama dengan di tongkonan yang pertama, yaitu penyembelihan kerbau dan dagingnya akan dibagi-bagikan kepada orang-orang yang berada di sekitar tongkonan tersebut.
Seluruh prosesi acara Rambu Solo' selalu dilakukan pada siang hari. Siang itu sekitar pukul 11.30 Waktu Indonesia Tengah (Wita), kami semua tiba di tongkonan barebatu, karena hari ini adalah hari pemindahan jenazah dari tongkonan barebatu menuju rante (lapangan tempat acara berlangsung).
Jenazah diusung menggunakan duba-duba (keranda khas Toraja). Di depan duba-duba terdapat lamba-lamba (kain merah yang panjang, biasanya terletak di depan keranda jenazah, dan dalam prosesi pengarakan, kain tersebut ditarik oleh para wanita dalam keluarga itu).
Prosesi pengarakan jenazah dari tongkonan barebatu menuju rante dilakukan setelah kebaktian dan makan siang. Barulah keluarga dekat arwah ikut mengusung keranda tersebut. Para laki-laki yang mengangkat keranda tersebut, sedangkan wanita yang menarik lamba-lamba.
Dalam pengarakan terdapat urut-urutan yang harus dilaksanakan, pada urutan pertama kita akan lihat orang yang membawa gong yang sangat besar, lalu diikuti dengan tompi saratu (atau yang biasa kita kenal dengan umbul-umbul), lalu tepat di belakang tompi saratu ada barisan tedong (kerbau) diikuti dengan lamba-lamba dan yang terakhir barulah duba-duba.
Jenazah tersebut akan disemayamkan di rante (lapangan khusus tempat prosesi berlangsung), di sana sudah berdiri lantang (rumah sementara yang terbuat dari bambu dan kayu) yang sudah diberi nomor. Lantang itu sendiri berfungsi sebagai tempat tinggal para sanak keluarga yang datang nanti. Karena selama acara berlangsung mereka semua tidak kembali ke rumah masing-masing tetapi menginap di lantang yang telah disediakan oleh keluarga yang sedang berduka.
Iring-iringan jenazah akhirnya sampai di rante yang nantinya akan diletakkan di lakkien (menara tempat disemayamkannya jenazah selama prosesi berlangsung). Menara itu merupakan bangunan yang paling tinggi di antara lantang-lantang yang ada di rante. Lakkien sendiri terbuat dari pohon bambu dengan bentuk rumah adat Toraja. Jenazah dibaringkan di atas lakkien sebelum nantinya akan dikubur. Di rante sudah siap dua ekor kerbau yang akan ditebas.
Setelah jenazah sampai di lakkien, acara selanjutnya adalah penerimaan tamu, yaitu sanak saudara yang datang dari penjuru tanah air. Pada sore hari setelah prosesi penerimaan tamu selesai, dilanjutkan dengan hiburan bagi para keluarga dan para tamu undangan yang datang, dengan mempertontonkan ma'pasilaga tedong (adu kerbau). Bukan main ramainya para penonton, karena selama upacara Rambu Solo', adu hewan pemamah biak ini merupakan acara yang ditunggu-tunggu.
Selama beberapa hari ke depan penerimaan tamu dan adu kerbau merupakan agenda acara berikutnya, penerimaan tamu terus dilaksanakan sampai semua tamu-tamunya berada di tempat yang telah disediakan yaitu lantang yang berada di rante. Sore harinya selalu diadakan adu kerbau, hal ini merupakan hiburan yang digemari oleh orang-orang Tana Toraja hingga sampai pada hari penguburan. Baik itu yang dikuburkan di tebing maupun yang di patane' (kuburan dari kayu berbentuk rumah adat).
 

sumber : travel.okezone.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Danau Teluk Gelam, Kemewahan yang Sepi





Danau Teluk GelamHai sobat semuanya kali ini saya akan menyampaikan tentang salah satu danau yang ada di Indonesia langsung saja kita simak ya.
Angin berembus semilir, menciptakan gelombang-gelombang kecil di permukaan air danau yang bening. Di tengah danau terdapat daratan yang ditumbuhi ribuan pohon gelam (Melaleuka leucadendron) dengan daun-daunnya yang mungil berwarna hijau muda. Danau Teluk Gelam di Kecamatan Tanjung Lubuk, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel), suatu pagi di awal Januari 2005, itu masih menawarkan pesona alam yang menawan. Matahari yang kala itu tertutup mendung, membuat udara yang sejuk terasa lebih dingin.
Selain pemandangan alam Danau Teluk Gelam itu juga menawarkan fasilitas olahraga air yang menantang. Di pinggiran danau terdapat dermaga untuk dayung dan ski air, lengkap dengan menara start dan finis, pondok pemandu (align's hut), serta pembuatan tribun untuk penonton.
Tak jauh dari situ berdiri 34 rumah panggung kayu bertipe 45 dan 70, yang bisa digunakan untuk menginap atau beristirahat sementara waktu. Bagi mereka yang ingin bermalam bisa menginap di Hotel Teluk Gelam yang berdiri megah di pinggir danau. Hotel dua lantai dengan arsitektur modern itu terdiri atas dua bangunan, masing-masing memiliki 24 kamar.
Pondok-pondok di belakang hotel bisa jadi tempat untuk makan sambil ngobrol santai atau memancing ikan di danau. Jika bosan duduk-duduk, pengunjung bisa berjalan-jalan mengitari jalan melingkar yang mengelilingi separuh danau. Areal parkir di tempat ini cukup luas, dengan jalan masuk yang beraspal mulus.
Danau Teluk GelamBegitulah, Danau Teluk Gelam yang terletak di areal seluas 250 hektar itu merupakan obyek wisata sekaligus sarana olahraga yang memadai. Danau yang terletak di tepi jalan lintas Sumatera, sekitar 92 kilometer tenggara Palembang, ini termasuk salah satu tempat yang dipoles habis-habisan untuk mendukung pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI di Sumsel akhir Agustus-September 2004.
Saat itu danau besar ini menjadi ajang perlombaan dayung dan ski air dengan fasilitas bertaraf nasional. Sebenarnya ide pengembangan Danau Teluk Gelam telah digagas sejak tahun 1990-an.
Pembangunan berbagai fasilitas itu mendapat momentum ketika terpilih sebagai salah satu tempat penyelenggaraan cabang dayung dan ski air pada PON XVI. Setidaknya pembangunan danau itu menelan biaya Rp 31,9 miliar dari APBD Kabupaten Ogan Komering Ilir dan APBD Provinsi Sumsel, yang dikucurkan sejak tahun 2001 hingga pertengahan 2004.
Dengan potensi dan fasilitas seperti itu, sesungguhnya Danau Teluk Gelam bisa menjadi alternatif tempat wisata yang menarik di tengah minimnya obyek wisata di Sumsel. Para pengunjung bisa berolahraga air, mandi, berenang, memancing, atau sekadar berkeliling.
Hanya saja, setelah pelaksanaan PON XVI, keindahan dan fasilitas Danau Teluk Gelam seperti dibiarkan kesepian. Minim sekali wisatawan domestik, apalagi asing yang berkunjung. Pada hari libur nasional atau Minggu, puluhan orang berkunjung, dan selebihnya, obyek wisata itu kesepian.
Danau Teluk GelamKetika Kompas bermalam di Hotel Teluk Gelam, suasana sepi begitu terasa. Pada malam itu ternyata tidak ada tamu lain yang menginap di hotel megah tersebut. Gerimis yang terus turun sejak sore hari menyebabkan malam terasa semakin mencekam.
Di hotel hanya ada beberapa petugas keamanan dan pelayan. Di luar, hanya ada satu warung yang buka di kompleks tempat wisata itu. Sementara dari kejauhan, dentuman suara house music, jelas terdengar. Ketika didekati, suara musik ingar-bingar itu berasal dari sebuah warung remang-remang di tepi jaIan lintas timur Sumatera. Di warung juga sepi pengunjung, sedangkan di tempat parkir hanya ada satu mobil patroli polisi dan satu mobil truk.
Nasrudin, Koordinator Pengelola Hotel Teluk Gelam, mengatakan, pengunjung yang menginap di hotelnya pada hari-hari kerja sekitar lima orang per hari atau bahkan kurang dari lima orang. Jumlah pengunjung meningkat menjadi sekitar 14 orang saat libur.
Hotel tersebut memiliki sejumlah jet-ski yang biasa disewakan kepada pengunjung seharga Rp 300.000 per jam, serta speed boat dengan harga sewa Rp 150.000 per jam.
"Setiap hari minggu rata-rata ada 10 orang yang menyewa jet-ski. Saat Lebaran atau hari libur besar, pendapatannya naik hingga Rp 5 juta sehari. Tetapi, hari biasa jarang ada yang menyewa," katanya.
Menurut staf pengelola Hotel Teluk Gelam, Reza Pahlevi, tidak semua pengunjung memanfaatkan fasilitas olahraga atau hotel. Banyak juga mereka yang datang hanya untuk bersantai sambil makan-makan di pondokan atau memancing ikan di danau.
"Banyak pengunjung yang datang untuk memancing. Beberapa waktu lalu, ada yang mendapat ikan belida besar, beratnya lima kilogram," katanya.
Danau Teluk GelamJumlah pengunjung sebenarnya dapat dipacu dengan menyelenggarakan event besar, seperti perlombaan, pertunjukan musik, atau acara lain. Tetapi, setelah pelaksanaan PON XVI, peristiwa seperti itu jarang diadakan. Menurut Mujahid, pelaksana teknis perlengkapan, berbagai fasilitas olahraga pascapelaksanaan PON XVI diarahkan untuk pelatihanski air yang ditangani pembina Pemkab Ogan Komering Ilir.
Dibandingkan dengan danau lain di Sumsel, Danau Teluk Gelam punya beberapa keistimewaan. Salah satunya, letak danau ini cukup strategis sehingga mudah dijangkau masyarakat, yaitu berada di jalan lintas timur (jalintim) Sumatera, tepatnya di ruas antara Palembang-Lampung.
Danau alam yang luas ini tidak pernah mengering, meski pada musim kemarau. Air danau ini juga jernih dan dihuni berbagai jenis ikanlokal yang langka, seperti ikan belida. Selain itu, banyak kalangan yakin, beberapa buaya juga hidup di situ dan sempat dikhawatirkan mengancam keselamatan atlet ski air dan
pedayung, saat dilaksanakan PON XVI tahun 2004 lalu.
"Meski sepi dan jauh dari permukiman, sampai kini danau ini aman. Belum ada kejadian yang mengganggu pengunjung," kata Gusman,Koordinator Keamanan Danau Teluk Gelam.



sumber ; http://liburan.info/content/view/1205/43/lang,indonesian/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Upacara Kematian di Tana Toraja




Tana Toraja Hai sobat kali ini saya akan membahas artikel dari UPACARA KEMATIAN TANA TORAJA untuk lebih jelas nya kita langsung baca saja yuk.
Tiap daerah punya tradisi menghormati kematian. Jika di Bali kita kenal dengan istilah Ngaben, di Sumatera Utara, Sarimatua, maka di Tana Toraja dikenal dengan upacara Rambu Solo'. Persamaan dari ketiganya: ritual upacara kematian dan penguburan jenazah. Di Tana Toraja sendiri memiliki dua upacara adat besar yaitu Rambu Solo' dan Rambu Tuka. Rambu Solo' merupakan upacara penguburan, sedangkan Rambu Tuka, adalah upacara adat selamatan rumah adat yang baru, atau yang baru saja selesai direnovasi.
Rambu Solo' merupakan acara tradisi yang sangat meriah di Tana Toraja, karena memakan waktu berhari-hari untuk merayakannya. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada siang hari, saat matahari mulai condong ke barat dan biasanya membutuhkan waktu 2-3 hari. Bahkan bisa sampai dua minggu untuk kalangan bangsawan. Kuburannya sendiri dibuat di bagian atas tebing di ketinggian bukit batu.
Karena menurut kepercayaan Aluk To Dolo (kepercayaan masyarakat Tana Toraja dulu, sebelum masuknya agama Nasrani dan Islam) di kalangan orang Tana Toraja, semakin tinggi tempat jenazah tersebut diletakkan, maka semakin cepat pula rohnya sampai ke nirwana.
Tana Toraja Upacara ini bagi masing-masing golongan masyarakat tentunya berbeda-beda. Bila bangsawan yang meninggal dunia, maka jumlah kerbau yang akan dipotong untuk keperluan acara jauh lebih banyak dibanding untuk mereka yang bukan bangsawan. Untuk keluarga bangsawan, jumlah kerbau bisa berkisar dari 24 sampai dengan 100 ekor kerbau. Sedangkan warga golongan menengah diharuskan menyembelih 8 ekor kerbau ditambah dengan 50 ekor babi, dan lama upacara sekitar 3 hari.
Tapi, sebelum jumlah itu mencukupi, jenazah tidak boleh dikuburkan di tebing atau di tempat tinggi. Makanya, tak jarang jenazah disimpan selama bertahun-tahun di Tongkonan (rumah adat Toraja) sampai akhirnya keluarga almarhum/ almarhumah dapat menyiapkan hewan kurban. Namun bagi penganut agama Nasrani dan Islam kini, jenazah dapat dikuburkan dulu di tanah, lalu digali kembali setelah pihak keluarganya siap untuk melaksanakan upacara ini.
Bagi masyarakat Tana Toraja, orang yang sudah meninggal tidak dengan sendirinya mendapat gelar orang mati. Bagi mereka sebelum terjadinya upacara Rambu Solo' maka orang yang meninggal itu dianggap sebagai orang sakit. Karena statusnya masih 'sakit', maka orang yang sudah meninggal tadi harus dirawat dan diperlakukan layaknya orang yang masih hidup, seperti menemaninya, menyediakan makanan, minuman dan rokok atau sirih. Hal-hal yang biasanya dilakukan oleh arwah, harus terus dijalankan seperti biasanya.
Jenazah dipindahkan dari rumah duka menuju tongkonan pertama (tongkonan tammuon), yaitu tongkonan dimana ia berasal. Di sana dilakukan penyembelihan 1 ekor kerbau sebagai kurban atau dalam bahasa Torajanya Ma'tinggoro Tedong, yaitu cara penyembelihan khas orang Toraja, menebas kerbau dengan parang dengan satu kali tebasan saja. Kerbau yang akan disembelih ditambatkan pada sebuah batu yang diberi nama Simbuang Batu. Setelah itu, kerbau tadi dipotong-potong dan dagingnya dibagi-bagikan kepada mereka yang hadir.

Jenazah berada di tongkonan pertama (tongkonan tammuon) hanya sehari, lalu keesokan harinya jenazah akan dipindahkan lagi ke tongkonan yang berada agak ke atas lagi, yaitu tongkonan barebatu, dan di sini pun prosesinya sama dengan di tongkonan yang pertama, yaitu penyembelihan kerbau dan dagingnya akan dibagi-bagikan kepada orang-orang yang berada di sekitar tongkonan tersebut.
Seluruh prosesi acara Rambu Solo' selalu dilakukan pada siang hari. Siang itu sekitar pukul 11.30 Waktu Indonesia Tengah (Wita), kami semua tiba di tongkonan barebatu, karena hari ini adalah hari pemindahan jenazah dari tongkonan barebatu menuju rante (lapangan tempat acara berlangsung).
Jenazah diusung menggunakan duba-duba (keranda khas Toraja). Di depan duba-duba terdapat lamba-lamba (kain merah yang panjang, biasanya terletak di depan keranda jenazah, dan dalam prosesi pengarakan, kain tersebut ditarik oleh para wanita dalam keluarga itu).
Prosesi pengarakan jenazah dari tongkonan barebatu menuju rante dilakukan setelah kebaktian dan makan siang. Barulah keluarga dekat arwah ikut mengusung keranda tersebut. Para laki-laki yang mengangkat keranda tersebut, sedangkan wanita yang menarik lamba-lamba.
Tana Toraja Dalam pengarakan terdapat urut-urutan yang harus dilaksanakan, pada urutan pertama kita akan lihat orang yang membawa gong yang sangat besar, lalu diikuti dengan tompi saratu (atau yang biasa kita kenal dengan umbul-umbul), lalu tepat di belakang tompi saratu ada barisan tedong (kerbau) diikuti dengan lamba-lamba dan yang terakhir barulah duba-duba.

Jenazah tersebut akan disemayamkan di rante (lapangan khusus tempat prosesi berlangsung), di sana sudah berdiri lantang (rumah sementara yang terbuat dari bambu dan kayu) yang sudah diberi nomor. Lantang itu sendiri berfungsi sebagai tempat tinggal para sanak keluarga yang datang nanti. Karena selama acara berlangsung mereka semua tidak kembali ke rumah masing-masing tetapi menginap di lantang yang telah disediakan oleh keluarga yang sedang berduka.
Iring-iringan jenazah akhirnya sampai di rante yang nantinya akan diletakkan di lakkien (menara tempat disemayamkannya jenazah selama prosesi berlangsung). Menara itu merupakan bangunan yang paling tinggi di antara lantang-lantang yang ada di rante. Lakkien sendiri terbuat dari pohon bambu dengan bentuk rumah adat Toraja. Jenazah dibaringkan di atas lakkien sebelum nantinya akan dikubur. Di rante sudah siap dua ekor kerbau yang akan ditebas.
Setelah jenazah sampai di lakkien, acara selanjutnya adalah penerimaan tamu, yaitu sanak saudara yang datang dari penjuru tanah air. Pada sore hari setelah prosesi penerimaan tamu selesai, dilanjutkan dengan hiburan bagi para keluarga dan para tamu undangan yang datang, dengan mempertontonkan ma'pasilaga tedong (adu kerbau). Bukan main ramainya para penonton, karena selama upacara Rambu Solo', adu hewan pemamah biak ini merupakan acara yang ditunggu-tunggu.
Selama beberapa hari ke depan penerimaan tamu dan adu kerbau merupakan agenda acara berikutnya, penerimaan tamu terus dilaksanakan sampai semua tamu-tamunya berada di tempat yang telah disediakan yaitu lantang yang berada di rante. Sore harinya selalu diadakan adu kerbau, hal ini merupakan hiburan yang digemari oleh orang-orang Tana Toraja hingga sampai pada hari penguburan. Baik itu yang dikuburkan di tebing maupun yang di patane' (kuburan dari kayu berbentuk rumah adat).

Sumber: Majalah Travel Club

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mayat Berjalan, Tradisi Tana Toraja



Hai sobat, kali ini saya akan membahas artikel tentang MAYAT BERJALAN TRADISI TANA TORAJA,pasti pada heran dan penasarankan ayo kita simak aja langsung yang berikut ini.
MA’ NENE, TRADISI MENGENANG LELUHUR
KEMUDIAN APAKAH MAYAT YANG DAPAT BERJALAN FAKTA ATAU FIKSI?
Tana Toraja: Kabut tipis menyelimuti pegunungan Balla, Kecamatan Baruppu, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, pertengahan Agustus silam. Namun, kabut tersebut perlahan mulai tersibak dinginnya angin pagi. Hari ini, kesibukan luar biasa terjadi pada setiap penghuni warga Baruppu. Mereka tengah menggelar sebuah ritual di tempat awal mula sejarah dan misteri anak manusia yang mendiami Kecamatan Baruppu. Ritual yang selalu digelar seluruh warga Baruppu untuk melaksanakan amanah leluhur. Ma`nene, sebuah tradisi mengenang para leluhur, saudara, dan handai taulan lainnya yang sudah meninggal dunia.
… Lihat Selengkapnya
Kisah Ma`nene bermula dari seorang pemburu binatang bernama Pong Rumasek, ratusan tahun lampau. Ketika itu, dirinya berburu hingga masuk kawasan hutan pegunungan Balla. Di tengah perburuannya, Pong Rumasek menemukan jasad seseorang yang meninggal dunia, tergeletak di tengah jalan di dalam hutan lebat. Mayat itu, kondisinya mengenaskan. Tubuhnya tinggal tulang belulang hingga menggugah hati Pong Rumasek untuk merawatnya. Jasad itu pun dibungkus dengan baju yang dipakainya, sekaligus mencarikan tempat yang layak. Setelah dirasa aman, Pong Rumasek pun melanjutkan perburuannya.
Sejak kejadian itu, setiap kali dirinya mengincar binatang buruan selalu dengan mudah mendapatkannya, termasuk buah-buahan di hutan. Kejadian aneh kembali terulang ketika Pong Rumasek pulang ke rumah. Tanaman pertanian yang ditinggalkannya, rupanya panen lebih cepat dari waktunya. Bahkan, hasilnya lebih melimpah. Kini, setiap kali dirinya berburu ke hutan, Pong Rumasek selalu bertemu dengan arwah orang mati yang pernah dirawatnya. Bahkan, arwah tersebut ikut membantu menggiring binatang yang diburunya.
Pong Rumasek pun berkesimpulan bahwa jasad orang yang meninggal dunia harus tetap dimuliakan, meski itu hanya tinggal tulang belulangnya. Maka dari itu, setiap tahun sekali sehabis panen besar di bulan Agustus, setiap penduduk Baruppu selalu mengadakan Ma`nene, seperti yang diamanatkan leluhurnya, mendiang Pong Rumasek.
Bagi masyarakat Baruppu, ritual Ma`nene juga dimaknai sebagai perekat kekerabatan di antara mereka. Bahkan Ma`nene menjadi aturan adat yang tak tertulis yang selalu dipatuhi setiap warga. Ketika salah satu pasangan suami istri meninggal dunia, maka pasangan yang ditinggal mati tak boleh kimpoi lagi sebelum mengadakan Ma`nene. Mereka menganggap sebelum melaksanakan ritual Ma`nene status mereka masih dianggap pasangan suami istri yang sah. Tapi, jika sudah melakukan Ma`nene, maka pasangan yang masih hidup dianggap sudah bujangan dan berhak untuk kimpoi lagi.
Meski warga Baruppu termasuk suku Toraja. Tapi, ritual Ma`nene yang dilakukan setiap tahun sekali ini adalah satu-satunya warisan leluhur yang masih dipertahankan secara rutin hingga kini. Kesetiaan mereka terhadap amanah leluhur melekat pada setiap warga desa. Penduduk Baruppu percaya jika ketentuan adat yang diwariskan dilanggar maka akan datang musibah yang melanda seisi desa. Misalnya, gagal panen atau salah satu keluarga akan menderita sakit berkepanjangan.
Dalam bahasa Bugis, Toraja diartikan sebagai orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan. Namun, masyarakat Toraja sendiri lebih menyukai dirinya disebut sebagai orang Maraya atau orang keturunan bangsawan yang bernama Sawerigading. Berbeda dengan orang Toraja pada umumnya, masyarakat Baruppu lebih mengenal asal usulnya dari Ta`dung Langit atau yang datang dari awan.
Lama kelamaan Ta`dung Langit yang menyamar sebagai pemburu ini menetap di kawasan hutan Baruppu dan kimpoi dengan Dewi Kesuburan Bumi. Karena itu, sering terlihat ketika orang Toraja meninggal dunia, mayatnya selalu dikuburkan di liang batu. Tradisi tersebut erat kaitannya dengan konsep hidup masyarakat Toraja bahwa leluhurnya yang suci berasal dari langit dan bumi. Maka, tak semestinya orang yang meninggal dunia, jasadnya dikuburkan dalam tanah. Bagi mereka hal itu akan merusak kesucian bumi yang berakibat pada kesuburan bumi.
Kali ini, keluarga besar Tumonglo melakukan ritual Ma`nene, seperti tahun-tahun sebelumnya. Sejak pagi, keluarga ini sudah disibukkan serangkaian kegiatan ritual yang diawali dengan memotong kerbau dan babi. Bagi keluarga Tumonglo maupun sebagian besar masyarakat Toraja lainnya pesta adalah bagian yang tak terpisahkan setiap kali menghormati orang yang akan menuju nirwana. Meski mereka sudah banyak yang menganut agama-agama samawi, adat dan tradisi yang diwariskan para leluhurnya ini tak mudah ditinggalkan.
Kini, tiba saatnya keluarga Tumonglo menjalani ritual inti dari Ma`nene. Di bawah kuburan tebing batu Tunuan keluarga ini berkumpul menunggu peti jenazah nenek Biu–leluhur keluarga Tumonglo yang meninggal dunia setahun lalu–diturunkan. Tak jauh dari tebing, kaum lelaki saling bergandengan tangan membentuk lingkaran sambil melantunkan Ma`badong. Sebuah gerak dan lagu yang melambangkan ratapan kesedihan mengenang jasa mendiang yang telah wafat sekaligus memberi semangat pada keluarga almarhum.
Bersamaan dengan itu, peti jenazah pun mulai diturunkan dari lubang batu secara perlahan-lahan. Peti kusam berisi jasad nenek Biu. Keluarga Tumonglo mempercayai bahwa ada kehidupan kekal setelah kematian. Sejatinya kematian bukanlah akhir dari segala risalah kehidupan. Karena itu, menjadi kewajiban bagi setiap keluarga untuk mengenang dan merawat jasad leluhurnya meski sudah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Dalam ritual ini, jasad orang mati dikeluarkan kembali dari tempatnya. Kemudian, mayat tersebut dibungkus ulang dengan lembaran kain baru oleh masing-masing anak cucunya.
Di desa Bu`buk, suasananya tak jauh beda dengan desa lainnya di Kecamatan Baruppu. Di tempat ini keluarga besar Johanes Kiding juga akan melakukan Ma`nene terhadap leluhurnya Ne`kiding. Sebelum ke kuburan, masyarakat dan handai taulan berkumpul di pelataran desa di bawah deretan rumah tradisional khas Toraja, Tongkonan.
Pagi itu, mereka disuguhi makanan khas daging babi oleh keluarga besar Johanes untuk disantap beramai-ramai. Setelah selesai, masyarakat, dan handai taulan keluarga Johanes mulai berangkat menuju kuburan nenek moyang. Namun, kuburan yang dituju bukan liang batu seperti umumnya, melainkan Pa`tane yakni rumah kecil yang digunakan untuk menyimpan jasad para leluhur mereka.
Acara dilanjutkan dengan membuka dua peti yang berisi jasad leluhur. Mayat yang sudah meninggal setahun yang lalu itu dibungkus ulang dengan kain baru. Perlakuan itu diyakini atas rasa hormat mereka pada leluhur semasa hidup. Mereka yakin arwah leluhur masih ada untuk memberi kebaikan. Dalam setiap Ma`nene, jasad orang yang meninggal pantang diletakkan di dasar tanah. Karena itu, para sanak keluarga selalu menjaganya dengan memangku jasad leluhurnya. Tak ayal, tangis kepiluan kembali merebak. Mereka meratapi leluhurnya sambil menyebut-nyebut namanya. Jasad yang sudah dibungkus kain baru pun dimasukkan kembali ke dalam rumah Pa`tane. Kini, keluarga Johanes pun telah selesai melaksanakan amanah leluhur.
(ORS/Tim Potret)


Sumber: http://berita.liputan6.com/progsus/200508/107595/class=%27vidico%27

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ritual Ngarot Indramayu



Ngarot merupakan upacara adat sekaligus ajang mencari jodoh bagi masyarakat Lelea, Indramayu. Upacara ini selalu digelar pada bulan Desember. Setiap upacara digelar, para gadis dan pemuda berpakaian unik. Lalu berpawai mengelilingi desa. Akan tetapi, jangan coba-coba kaum janda /duda, gadis tak perawan atau pemuda tak perjaka ikut Ngarot. Konon ia bisa kena tulah, berupa aib yang memalukan. Benarkah ?
Upacara Ngarot memang hanya terdapat Desa/Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Tradisi yang rutin digelar tiap bulan Desember ini terbilang unik. Sebagian masyarakat disana mempercayai bila Ngarot merupakan saat penting bagi para remaja untuk mendapatkan pasangan hidup. Jodoh yang didapat dari ritual Ngarot, konon sering membuat kekal pasangan suami istri. Tak heran bila setiap upacara ini digelar, banyak pemuda dan pemudi turut serta. Dan sebagian peserta selalu pulang dengan wa¬jah cerah dan hati berbunga-bunga.
Asal Mula Ngarot
Pada mulanya, upacara Ngarot dirintis oleh kuwu (kepala desa) pertama Lelea yang bernama Canggara Wirena, tahun 1686. Awalnya, upacara tersebut bukan diperuntukkan sebagai "pesta mencari jodoh" seperti yang terjadi sekarang. Ngarot yang menurut bahasa Sunda berarti minum, merupakan arena pesta minum-minum dan makan-makan di kantor desa sebelum para petani mengawali menggarap sawah. Tradisi itu dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bercocok tanam.
Kuwu Canggara Wirena sengaja mengadakan pesta Ngarot sebagai ungkapan rasa syukur kepa¬da tetua kampung bernama Ki Buyut Kapol, yang telah rela memberikan sebidang sawah seluas 26.100 m2. Sawah tersebut digunakan para petani untuk berlatih cara mengolah padi yang baik. Demikian pula bagi kaum wanitanya, sawah digunakan sebagai tempat belajar bekerja seperti tandur, ngarambet (menyiangi), pa¬nen padi, atau memberi konsumsi kepada para jejaka yang sedang berlatih mengolah sawah itu.
Dulu, upacara Ngarot bukanlah sarana mencari jodoh, melainkan arena pembelajaran bagi para pemuda agar pintar dalam ilmu pertanian. Akan tetapi perkembangannya, upacara Ngarot berkembang menjadi ajang mencari jodoh atau pasangan hidup.
Dihindari Janda-Duda
Sejak dulu, upacara yang hanya boleh diikuti para perjaka dan perawan. Upacara dimulai jam 8.30 dengan berkumpulnya para muda-mudi berpakaian warna warni di hala¬man rumah Kuwu. Mereka dengan wajah penuh keceriaan berduyun-duyun menuju ha¬laman rumah Pak Kuwu. Pakaian mereka indah-indah, dilengkapi aksesoris gemerlap, seperti kalung, gelang, giwang, bros, peniti emas, dan hiasan rambut. Untuk memikat hati para jejaki, para gadis selalu mengenakan ka¬camata dan kepalanya penuh di¬taburi bunga warna-warni seperti kenanga, melati, mawar dan kantil.
Upacara Ngarot ditandai dengan pawai arak-arakan sejumlah gadis dan perjaka desa. Para gadis berbusana kebaya yang didominasi warna merah, berkain batik, berselendang, dan rambut kepala dihias rangkaian bunga. Mereka lantas berjalan mengelilingi kampung. Sementara para jejaka tingting mengenakan baju pangsi warna kuning dan celana gombrang war¬na hitam, lengkap dengan ikat kepala, mengikuti di barisan belakang.
Seusai pesta pawai, semua peserta Ngarot masuk aula balai desa. Sambil duduk berhadap-hada¬an dan ditonton orang banyak, mereka dihibur dengan seni tradi¬sional tari Ronggeng Ketuk yang dimainkan penari wanita degan pasangan pria. Menurut warga, seni Ronggeng Ketuk dimaksudkan untuk ngabibita (menggoda) agar para jejaka dan gadis saling bepan¬dang-pandangan, untuk selanjutnya saling jatuh cinta.
Ketika para jejaka dan perawan bergembira ria, tidak halnya dengan kaum janda, duda dan remaja yang kehilangan keperawanan dan keperjakaannya. Pesta Ngarot merupakan upacara yang paling dihindari. Sebab bila mereka coba-coba menjadi peserta, bukan hanya aib yang bakal diterima, tapi juga malapetaka. Konon, jika seorang gadis tak perawan nekat mengikuti pawai arak-arakan Ngarot, maka bunga melati yang terselip di rambutnya, dengan sendirinya akan layu. Bila hal itu terjadi, maka si gadis akan mendapat aib karena sudah kehilangan kehormatan diri.
Tuah negatif untuk kaum janda berlaku pada saat berlangsung acara pokok Ngarot. Yakni ketika acara saling tatap mata dengan para jejaka. Wajah janda atau gadis tapi sudah tak perawan, meskipun sebelumnya berwajah cantik, tiba-tiba menjadi buruk rupa. Otomatis ia tidak akan mendapatkan pasangan. Bahkan yang lebih menakutkan, jika janda dan gadis tak perawan tadi nekat mengikuti upacara Ngarot, ia tak akan mendapat jodoh seumur hidup. Bagi kaum duda dan pemuda tak perjaka pun berlaku hal serupa.
Menurut warga di sana, sejak tahun 1990-an hingga sekarang, hampir 80 persen peserta Ngarot berhasil mendapatkan pasangan hidup menjalin rumah tangga dengan rukun. Namun belakangan, peserta Ngarot mulai menyusut. Anak remaja di Desa Lelea, kini sudah mulai enggan mengikuti pawai Ngarot. Entah apa penyebabnya. Akan tetapi, jika ingin mendapatkan jodoh yang masih “asli”, orang-orang tua di Indramayu menyarankan agar memilih peserta Ngarot. 



sumber : http://ekorisanto.blogspot.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sandiwara Cirebon

Sandiwara Cirebon dikenal oleh masyarakat Jawa Barat  pada tahun 1940-an, ketika Cirebon diduduki oleh kolonialis Jepang. Berdasarkan keterangan yang dihimpun para tokoh sandiwara Cirebon saat ini, disebutkan bahwa pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, di daerah Cirebon muncul kesenian yang digemari oleh masyarakat yaitu reog Cirebonan, yang terkenal dengan nama reog sepat. Pertunjukan reog itu terdiri dari dua bagian. Pertama berupa atraksi bodoran/lawakan, dan kedua berupa drama yang mengambil cerita dari kebiasaan masyarakat daerah tersebut. Pada saat bersamaan, di daerah Jamblang Klangenan muncul pula sebuah kesenian yang lazim disebut toneel (tonil) dengan nama Cahya Widodo. Kesenian ini setiap hari selama berbulan-bulan melakukan narayuda (ngamen).
Kedua jenis kesenian tersebut kemudian mengilhami seorang pemuda dari Kampung Langgen, Desa Wangunarja, Klangenan, Cirebon, yang bernama Mursid untuk mendirikan kesenian baru di daerah Cirebon. Mursid mengumpulkan para pemuda dari lingkungan sekitar untuk bersama-sama mendirikan perkumpulan kesenian yang memadukan reog sepat dan tonil Cahya Widodo. Kesenian ini adalah drama gaya Cirebonan dengan iringan musik yang didukung oleh waditra berlaraskan prawa. Kesenian perpaduan itu dinamakan jeblosan yang, menurut mereka, berarti â€Å“pertunjukan tonil tanpa layar tutup” (jeblas-jeblos; bahasa Cirebon). Selain itu, ada pula yang menyebutnya Bungkrek (bahasa Cirebon yang artinya bujang [pemuda] yang sering angkrak-engkrek [menari]).
Oleh karena jeblosan ini banyak dipengaruhi ketoprak/tonil/stambul Cahya Widodo, maka tidak mengherankan apabila cerita yang dibawakan pada waktu itu berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Akan tetapi adakalanya cerita diambil dari cerita rakyat Jawa Barat tentang asal-usul daerah atau dongeng-dongeng rakyat. Dalam perjalanannya, kesenian jeblosan ini sangat digandrungi oleh masyarakat. Walaupun pada waktu itu seluruh pemainnya kaum pria, namun mayoritas mereka adalah pejuang kemerdekaan. Dalam kesenian inilah tercipta media penerangan sekaligus perjuangan melawan penjajah melalui lakon-lakon yang dimainkannya.
Pada 1946 di Desa Kebarepan, Kecamatan Plumbon, Cirebon berdiri pula kesenian sejenis dengan nama langendriyo, yang diprakarsai oleh Suwandi dan Mursid, Desa Barepan. Langendriyo dan jeblosan ini hampir sama dengan tonil Cahya Widodo, meskipun ada perbedaan dalam bahasa penyampaiannya. Pada langendriyo, cerita disampaikan dalam bahasa Jawa dan pada jeblosan dipakai bahasa campuran antara bahasa Jawa Cirebonan dengan bahasa Jawa.
Pada 1949 sarana langen jeblos mulai ditingkatkan, yaitu menggunakan panggung. Nama jeblos diganti dengan langen perbeta yang berarti lasykar (bahasa sandi), Persatuan Bekas Tentara. Dan pada tahun lima-puluhan namanya diganti lagi dengan Sari Sasmita yang berfungsi sebagai media penerangan. Kejayaan Sari Sasmita mulai terlihat. Dari malam ke malam, pada setiap musim hajatan, kesenian tersebut tidak pernah istirahat memenuhi undangan masyarakat penggemarnya.
Pada 1952 di Desa Bojong Wetan, Kecamatan Klangenan, berdiri pula kesenian sejenis dengan nama sanpro (sandiwara proletar). Pendirinya adalah H. Abdullah, yang pada saat itu menjabat sebagai kepala desa setempat. Kemudian, pada 1956, berdiri pula perkumpulan sandiwara di daerah Bedulan, Desa Suranenggala, Cirebon Utara, dengan nama yang dikenal sekarang, yaitu masres (nama sejenis benang yang dipakai untuk membuat jaring ikan). Salah satu pendirinya adalah Ibu H. Sami̢۪i yang dikenal sebagai pesinden Cirebonan. Dan, pada 1956, partai-partai politik mulai melirik kesenian sandiwara tersebut untuk media kampanye bagi kepentingan masing-masing. Maka di Desa Bojong Wetan, Kecamatan Klangenan Cirebon, para tokoh Partai Sosialisme Indonesia (PSI) mendirikan perkumpulan seni sandiwara menggantikan sanpro dengan nama Setia Budhi. Tokoh-tokoh Partai Nasional Indonesia (PNI), dengan Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN)-nya, mendirikan perkumpulan sandiwara dengan nama Suluh Budaya. Sementara tokoh-tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI), dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra)-nya, mendirikan perkumpulan sandiwara dengan nama Dharma Bhakti. Perkumpulan-perkumpulan ini hanya bertahan hingga tahun 1965 dan ketika meletus Gerakan 30 September (G-30-S/PKI) grup-grup ini bubar karena amukan massa anti-PKI. Sejak saat itu fungsi sandiwara, juga kesenian-kesenian lain, tidak lagi didampingi oleh kepentingan partai politik.
Pada tahun 1970-an sandiwara Cirebon mengalami masa kejayaannya, karena banyak sekali yang menanggap kesenian ini. Maka tidak mengherankan jika di daerah Cirebon saat itu banyak bermunculan kelompok/grup sandiwara di setiap desa dan kecamatan. Sandiwara Cirebon hingga kini masih hidup di masyarakat Cirebon dan sekitarnya. Kehidupan kesenian ini tidak terlepas dari dukungan para pendukungnya, yang masih membutuhkan seni pertunjukan tersebut sebagai pengiring dalam upacara-upacara inisiasi, katarsis dan simpatetik magis (perkawinan, khitanan, kaul, dan lain-lain).
Alat musik yang dipakai dalam sandiwara Cirebon adalah gamelan pelog dengan waditranya antara lain bonang, kemyang, saron, titil, penerus, gong besar dan kecil, kendang, dogdog dan ketipung, tutukan, kenong (jenglong), kecrek, seruling, dan gambang. Dalam perkembangannya belakangan ini, unsur-unsur musik modern ditambahkan, antara lain alat-alat musik modern, seperti kibor dan gitar listrik. Sedangkan perlengkapan lain dalam menunjang pertunjukan sandiwara Cirebon antara lain properti, layar, dan dekor.
Dalam pertunjukan sandiwara Cirebon saat ini, banyak ditampilkan cerita yang diambil dari babad Cirebon, seperti lakon Nyi Mas Gandasari, Pangeran Walangsungsang, Ki Gede Trusmi, Tandange Ki Bagus Rangin, Pusaka Golok Cabang, dan lain-lain. Sekalipun demikian, sandiwara Cirebon kadangkala menampilkan cerita dongeng atau legenda masyarakat Jawa umumnya, terutama pada pertunjukan berlangsung siang hari. Namun pada malam hari, cerita yang ditampilkan kebanyakan diambil dari babad Cirebon hingga tuntas menjelang pagi. Oleh karena sifatnya yang egaliter, sandiwara Cirebon banyak mempertunjukkan pula kemasan-kemasan musik dangdut Cirebonan, atau kadang-kadang tayuban sebagai selingan dalam suatu lakon pertunjukan. Pertunjukan sandiwara Cirebon pada malam hari biasanya dimulai pada pukul 20.00 dan selesai pada pukul 03.30 dinihari. Struktur pertunjukan sandiwara Cirebon adalah sebagai berikut: musik pembuka (tatalu); adegan gimmick (surpraise dengan trik panggung, berupa kembang api); tarian pembuka; pertunjukan lakon sandiwara; penutup, dengan musik dan epilog pimpinan sandiwara.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dago Pakar, Tujuan Wisata Petualang



Salah satu fokus wisata di wilayah Bandung Raya adalah Taman Huan Raya Djuanda. Kawasan konservasi seluas 600 hektar ini terletak di daerah Cicadas, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Di sini terdapat lebih dari 2.500 jenis tanaman yang menjadi paru-paru Bandung.
Taman Hutan Raya Djuanda diresmikan oleh Presiden RI pada 1985. Hutan ini dinamakan demikian untuk menghormati seorang insinyur Teknik Sipil yang berkontribusi besar pada negara, Ir H. Djuanda. Salah satu jasanya yang terkenal adalah Deklarasi Djuanda pada 1957. Dalam deklarasi tersebut disebutkan seluruh perairan di sekitar dan di antara pulau-pulau di Indonesia adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari daratan dan berada di bawah kedaulatan Negara Republik Indonesia. Deklarasi ini kemudian dijadikan konsep wawasan nusantara.
Di taman yang dikenal dengan nama Dago Pakar ini pengunjung dapat mempelajari berbagai situs sejarah yang disimpan di Museum Djuanda. Museum ini terletak di dalam kompleks Taman Hutan Raya Djuanda. Di lokasi ini juga terdapat Goa Jepang dan Goa Belanda yang letaknya berdekatan.
Goa Jepang merupakan goa buatan yang dibangun pada 1942. Goa ini dibuat Jepang sebagai tempat pertahanan dan perlindungan tentara Jepang dari sekutu. Goa ini tidak terlalu lebar, hanya sekitar 20 meter, namun memanjang sekitar 70 meter. Tinggi lengkungannya mencapai 5 meter Di beberapa titik terdapat lubang-lubang kecil setinggi 1,5 meter yang berfungsi sebagai ventilasi udara.
Tekstur goa ini cenderung kasar dan lantainya dibiarkan dari tanah. Goa ini berbeda dengan Goa Belanda yang terletak 300 meter setelahnya. Goa ini cenderung lebih ‘rapi‘ dan teksturnya lebih halus. Goa ini pun lebih luas dan lebih tua dibandingkan Goa Jepang. Dibangun pada 1918, goa ini berfungsi sebagai markas militer, gudang senjata, dan pembangkit listrik tenaga air. Di jalan utama di dalam goa terdapat rel yang digunakan sebagai jalur kereta pengangkut barang.
Tidak puas hanya melihat pemandangan pepohonan dan patahan Lembang saja, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan menuju empat curug yang ada di wilayah konservasi tersebut. Namun pengunjung harus menyiapkan stamina yang kuat untuk mencapai lokasi-lokasi air terjun tersebut. Satu kilometer dari lokasi goa terdapat Curug Koleang. Curug Kidang dapat diakses dengan berjalan kaki satu kilometer dari curug pertama. Kemudian terdapat Curug Lalay di kilometer ketiga dan Curug Omas dapat diakses dengan total jarak lima kilometer bila dihitung dari Goa Belanda.
Bagi yang senang berpetualang, berjalan kaki di trek joging menuju Curug Omas adalah kegiatan yang cukup menantang. Pengunjung akan mencapai air terjun tersebut dengan waktu 1,5 hingga 2 jam. Namun keletihan tersebut terbayarkan dengan udara yang sejuk dan pemandangan yang menyehatkan mata. Di sepanjang perjalanan pengunjung juga akan disapa oleh penghuni-penghuni hutan raya yang ramah, monyet-monyet hutan. Bagi yang tidak ingin berlama-lama, pengunjung dapat menunggu ojek yang sesekali melintas di jalur trek tersebut. Namun pengunjung harus pandai-pandai menawar harga.
Curug Omas sebetulnya bukanlah air terjun yang tinggi, hanya 30 meter. Namun di sini pengunjung dapat berpiknik sambil menikmati suara air yang jatuh dari ketinggian 30 meter yang berbaur dengan kicauan burung. Bagi yang membawa makanan sendiri, pengunjung dapat menggelar tikar di taman rumput yang ada. Namun bagi yang lupa membawa bekal, di taman tersebut tersedia warung-warung kecil yang menyediakan berbagai makanan. Jangan lupa untuk membuang sampah pada tempatnya.
Dari Curug Omas pengunjung bisa langsung menikmati kolam air panas di wisata Maribaya. Di sini juga disediakan kolam air dingin bagi anak-anak. Yang tidak senang berenang bisa mencoba alternatif lain, berkuda. Nah, berkunjung ke Bandung tidak melulu untuk makan dan beli baju, bukan?


sumber : http://www.republika.co.id

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Keindahan Panorama Watu Ulo Legenda Jember



Pantai Watu Ulo terletak ± 45 Km dari kota Jember, Jawa Timur. Arah selatan kota Jember di gugusan Samudera Indonesia, yang indah panorama alamnya.
Untuk bisa sampai ke wisata Pantai Watu Ulo bisa ditempuh dengan berbagai macam kendaraan.
 Disebut Watu Ulo karena di pantai itu ada sebuah batu panjang berbentuk ular,dengan penuh sisik.
Menurut cerita rakyat dikatakan bahwa pada zaman dulu kala ada sebuah ular yang sedang bertapa di pantai itu. Se
telah terkabul permohonannya kepada Yang Maha Kuasa maka berwujudlah ia menjadi sebuah batu yang persis seekor ular dengan kepalanya menjulur ke laut, sedang badannya berada di daratan.
Pada zaman pendudukan Jepang, pegunungan di sekitar wisata Pantai Watu Ulo dijadikan benteng pertahanan dan pengintaian bala serdadu musuh yang mau menyusup daratan melalui pantai.
Benteng Jepang yang berjumlah lima buah tersebut oleh masyarakat setempat disebut sebagai Goa Jepang dan merupakan salah satu lokasi wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Objek wisata watu ulo Dapat ditempuh dengan mengunakan segala jenis kendaraan ( roda dua dan empat) karena menuju lokasi beraspal.
Disamping Goa Jepang, di sebelah Watu Ulo ada sebuah Goa Lowo (Goa Kelelawar) yang dihuni ratusan ribu kelelawar. Goa ini bisa dimasuki oleh pengunjung dengan menyusuri dan melewati pantai berpasir.
Karena tempatnya yang sunyi dari keramaian, goa ini sering dijadikan tempat bermeditasi bagi orang-orang tertentu, apalagi mengingat goa ini mempunyai kedalaman 100 m.
Daya Tarik

- Watu Ulo merupakan batu memanjang di pesisir pantai yang sekilas mirip ular
- Panorama Alam keindahan pantai dengan gugusan karang di tengah laut yangmerupakan ciri khas Pantai Watu Ulo
- Pekan Raya Watu Ulo diselenggarakan pada tiap 1 Syawal s/d 10 Ayawal (lebaran) yng merupakan acara tradisi dalam rangka memberikan hiburan untuk masyarakat
- Larung Sesaji Pantai Watu Ulo diselenggarakan pada tanggal 7 Syawal (hari Raya ketupat) dengan maksud sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki yang diberikan kepada para nelayan khususnya dan masyarakat Sumberrejo pada umumnya. 



sumber : http://www.wartanews.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

10 air terjun terindah di indonesia

1.Air terjun Subulussalam
terletak di Kecamatan Penuntungan Kota subulussalam, dan merupakan air terjun kebanggaan masyarakat kota subulussalam. Suasananya indah, dan begitu nyaman, sehingga setiap hari bnyak pengunjung yang berdatangan baik dalam maupun luar daerah.




 
2.Air terjun Moramo - Sulawesi Tenggara

Air terjun terletak di kawasan Hutan Suaka Alam Tanjung Peropa yang mempunyai luas 38.937 Ha. Tepatnya terletak di Kabupaten Konawe Timur atau sekitar 60 km dari kota Kendari, ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara. Keindahan berbalut suasana tenteram serta aliran semilir angin yang begitu sejuk merupakan anugerah alam yang amat menakjubkan bagi para wisatawan yang bekunjung. Di kawasan wisata air terjun ini juga terdapat potensi kekayaan batu alam berupa marmer. Diperkirakan, kandungan marmer tersebut secara keseluruhan berkisar 860 milyar meter kubik. Marmer di kawasan ini merupakan salah satu sumber cadangan marmer terbesar di dunia.




3. Air terjun Coban Rondo - Malang, Jawa Timur

Kisah dibalik Air Terjun Coban Rondo, bermula dari sepasang pengantin yang baru saja melangsungakan pernikahan.Mempelai wanita bernama Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi, sedangkan mempelai pria bernama Raden Baron Kusuma dari Gunung Anjasmoro.Setelah usia pernikahan mereka menginjak usia 36 hari atau disebut selapan(bahasa jawa).Dewi Anjarwati mengajak suaminya berkunjung ke Gunung Anjasmoro,yang merupakan asal dari suami namun orang tua Anjarwati melarang kedua mempelai pergi karena usia pernikahan mereka baru berusia 36 hari atau disebut selapan.Namun kedua mempelai tersebut bersikeras pergi dengan resiko apapun yang terjadi di perjalanan.

Ketika ditengah perjalanan keduanya dikejutkan dengan adirnya Joko Lelono,yang tidak jelas asal-usulnya.Nampaknya Joko Lelono terpikat dengan kecantikan dewi Anjarwati,dan berusaha merebutnya.Akibatnya perkelahian antara Joko Lelono dengan Raden Baron Kusumo tidak terhindarkan kepada para pembantunya atau juga disebut punokawan yang menyertai kedua mempelai tersebut,Raden Baron Kusumo berpesan agar Dewi Anjarwati disembunyikan di suatu tempat yang terdapat di coban atau air terjun.Perkelahian antara Raden Baron Kusumo dan Joko Lelono berlangsung seru dan mereka berdua gugur.Akibatnya Dewi Anjarwati menjadi seorang janda yang dalam bahasa jawa disebut Rondo.Sejak saat itulah coban atau air terjun yempat bersembunyi Dewi Anjarwati dikenal dengan COBAN RONDO.Konon batu besar di bawah air terjun merupakan tempat duduk sang putri yang merenungi nasib.

Air Terjun Coban Rondo merupakan salah satu wana wisata yang dimiliki di kabupaten Malang.Terletak ±12 km dari kota Batu,atau tepatnya di Desa Pandansari kecamatan Pujon,dengan jarak tempuh setengah jam dari pusat kota Malang dengan mengendarai motor berkecepatan 60 km/jam.




4. Air terjun Coban Pelangi - Malang, Jawa Timur

Obyek wisata Coban Pelangi merupakan zona konservasi alam dibawah perlindungan Perum Perhutani. Air terjun menakjubkan itu, berjarak ± 10 km dari Kecamatan Tumpang dan ± 32 km dari Kota Malang. Coban Pelangi berada di kawasan pegunungan bertopografi terjal dengan kemiringan diatas 45 % dan berada di ketinggian 1200-1400 Mdpl.

Jika anda hendak berkunjung ke Gunung Bromo, tiada salahnya mampir sejenak di Coban Pelangi. Usai melewati Desa Gubukklakah, akan nampak plang besar bertuliskan Coban Pelangi di sisi kanan jalan. Parkir kendaraan di depan pintu masuk, Rp 500 (roda 2) dan Rp 1000 (roda 4), tinggal melangkah menuju pintu masuk.




5. Air terjun Cibeureum - Jawa Barat

Air Terjun Cibeureum berlokasi di cibodas, kabupaten cianjur, provinsi jawa barat. kurang lebih 100 KM dari jakarta atau perjalanan 2 jam. merupakan lokasi wisata yang terletak di dalam taman nasional gunung gede pangrango. sebuah taman nasional yang mempunyai luas sekitar 21.975 hektar dengan hutan hujan tropis yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman dan hewan langka. di kawasan cagar alam ini pula terdapat tanaman pemakan serangga (Kantong Semar) atau jamur yang mengeluarkan cahaya. di lokasi air terjun cibeureum sendiri terdapat 3 air terjun. air terjun cikundul, air terjun cidenden dan air terjun cibeureum.




6. Air terjun Sipiso-Piso - Sumatera Utara

Air Terjun Sipiso-piso sangat fantastik terlet di Desa Tongging, menikmati pemandangan yang indah seperti kawasan wisata di Desa Tao Silalahi yang berada di dekatnya. pemandangan indah Tanah Karo dari gardu pandang yang ada di puncak bukit, titik pangkal aliran air terjun Sipiso-piso. Dari puncak bukit yang mengitari Air Terjun Sipiso-piso ini pula dapat menyaksikan keindahan lansekap Danau Toba, sebuah danau vulkanik terbesar di dunia.
Air Terjun Sipiso-piso merupakan sebuah kawasan wisata alam yang terletak tidak jauh dari permukiman masyarakat Desa Tongging, . Desa Tongging berada di dataran lebih rendah, sementara Air Terjun Sipiso-piso terletak di perbukitan yang lebih tinggi dari Desa Tongging. Air terjun ini berada di ketinggian lebih kurang 800 meter dari permukaan laut (dpl) dan dikelilingi oleh bukit yang hijau karena ditumbuhi hutan pinus.

Sipiso-piso berasal dari piso yang artinya pisau. Derasnya air-air yang berjatuhan dari bukit berketinggian di atas seratus meter ini diperumpamakan layaknya berbilah-bilah pisau yang tajam. Selain itu, jurang yang curam jika dilihat dari puncak bukit membuat orang setempat menyebutnya piso dari Tanah Karo




7. Air terjun Cigamea - Jawa Barat

Berlokasi di Desa Gunungsari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor yang merupakan bagian dari kawasan wisata Gunung Salak Endah. Bila anda mengunjungi kawasan wisata ini dari arah Leuweliang, maka curug Cigamea merupakan air terjun pertama kali yang akan anda temui sebelum kelima air terjun lainnya.
Lima ? memang benar, kawasan wisata Gunung Salak Endah memiliki objek wisata enam air terjun (Nangka, Luhur, Cihurang, Ngumpet, Sewu dan Cigamea), satu pemandian air panas (Gunung Picung) dan satu wisata kawah (Kawah Ratu).
Untuk menuju ke lokasi air terjun, pengunjung diharuskan berjalan kaki dari areal parkir, melalui jalan menurun +/- 350 meter. Selama dalam perjalanan, setidaknya tercatat tiga air terjun tambahan berada disisi kanan jalan. Masing-masing dengan ketinggan berkisar antara 5 hingga 10 meter namun dengan debit air yang kecil dan berada dibalik rimbunnya daun pepohonan


8. Air terjun Grejegan - Pati, Jawa Tengah

Air terjun ini sering mendapatkan anugrah sebagai tempat wisata teladan di jawa tengah




9. Air terjun Lembah Anai - Sumatera Barat

Aia Tajun atau Aia Mancua Lembah Anai, itu lah yang orang Padang ucapkan ketika berkunjung ke ranah Minang di Sumatera Barat. Letak geografis Sumatera Barat yang berada dalam posisi patahan Sumangko, ternyata memiliki potensi sumber daya alam yang sangat mengagumkan. Salah satu dari pesona alami yang terkenal dan menjadi maskot pariwisata di Sumatera Barat adalah Air Terjun Lembah Anai.

Air Terjun Lembah Anai yang terletak di jalur antara kota Padang dan Kota Bukittinggi ini berjarak hanya sekitar 1 jam dari Bandara Internasional Minangkabau Padang. Lokasi Air terjun Lembah Anai tepat di pinggir jalan raya trans Sumatera. Di tengah hiruk pikuk bis antar kota yang melaju membelah hutan belantara nan rimbun di jalan yang berkelok, tersembunyi sebuah lukisan alam yang sangat indah bernama Lembah Anai. Entah darimana kata Lembah Anai berasal, namun keindahan air terjun alaminya telah membuat saya jatuh hati. Perpaduan antara gemericik air terjun dengan sungai kecil yang mengalir diantara rimbunan hutan belantara, menjadikan lukisan alam yang sangat sulit untuk dilupakan dari ingatan.




10. Air terjun Haratai - Kalimantan

Air terjun Haratai terletak di desa Haratai, lebih kurang 15 menit perjalanan dengan jalan kaki dari Balai Haratai, dapat ditempuh dengan memasuki hutan bambu dan perkebunan karet atau kayu manis. Objek wisata Air terjun Haratai merupakan salah satu objek wisata yang ada di kalimantan selatan. air terjun Haratai terletak di kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Air terjun Haratai merupakan salah satu obyek wisata yang menjadi primadona bagi masyarakat Kalimantan Selatan, karena daerahnya yang asri dan juga pemandangannya yang indah.
Saat pertama kali kita mendatangi tempat ini, mata kita akan terkagum melihat keindahan deburan air yang jatuh, dengan suara gemuruh yang cukup keras.Air terjun tersebut bertingkat tiga dengan ketinggian masing-masing 13 meter. selain itu di tempat ini juga di sediakan gazebo untuk kita beristirahat, atau bersantai sambil menikmati suasana.Wisata Indonesia Surga Dunia





















































































































































































































































































sumber : http://www.kaskus.us/showthrea

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

7 Air Terjun Tertinggi di Indonesia

1. Air Terjun Grojogan Sewu

Air Terjun Grojogan Sewu 7 Air Terjun Tertinggi di Indonesia
Air terjun yang terletak di kaki Gunung Lawu (2632 mdpl), 27 km dari Kab. Karang anyar, Jawa Tengah ini, merupakan salah satu dari program wisata yang disebut “INTANPARI” (Industri Pertanian dan Pariwisata), air terjun ini memiliki ketinggian 81 meter diukur dari bawah ke atas.

2. Air Terjun Curug Cimahi

Air Terjun Curug Cimahi 7 Air Terjun Tertinggi di Indonesia
Air Terjun ini terletak di Desa Cisarua, sekitar 10 kilometer dari Desa Cimahi, atau sekitar satu jam dari Bandung. Biasanya warga sekitar yang ingin mencari hiburan alam dan menjauh dari hingar bingar kota metropolitan, memilih air terjun ini sebagai tujuan wisata yang dapat memberikan kenyamanan.

3. Air Terjun Curug Cipendok

Air Terjun Curug Cipendok 7 Air Terjun Tertinggi di Indonesia
Air Terjun ini terletak di Desa Karang Tengah, kabupaten Cilingok, letaknya sekitar 25 km dari Purwokerto. Air terjun yang dikelilingi hutan alam yang indah ini mempunyai ketinggian  92 meter.

4. Air Terjun Curup Tenang

Air Terjun Curup tenang 7 Air Terjun Tertinggi di Indonesia
Air terjun Curup Tenang adalah air terjun tertinggi di Sumatera Selatan dan tertinggi ke-4 di Indonesia, air terjun ini terletak didekat desa Bedegung, Kabupaten Tanjung Agung, sekitar 56 kilometer Selatan Kabupaten Muara Enim.

5. Air Terjun  Moramo

Air Terjun Moramo 7 Air Terjun Tertinggi di Indonesia
Air terjun ini terletak 65 km di sebelah timur dari Kendari. Air Terjun Moramo ini juga mudah diakses oleh mobil atau dengan perahu. Keunikan dari air terjun ini yakni memiliki tingkatan sebanyak 127 tingkatan setinggi 100 meter sepanjang 2 km diperbukitan dataran tinggi Sulawesi Tenggara. Dan dikelilingi oleh hutan alami yang menjadi tempat habitat asli Sulawesi Tenggara.

6. Air Terjun Curug Citambur

Air Terjun Curug Citambur 7 Air Terjun Tertinggi di Indonesia
Air terjun Citambur adalah sebuah air terjun yang tingginya sekitar 100 meter yang terletak di Desa Karang Jaya, Kecamatan Pagelaran, Cianjur Selatan, Jawa Barat. Air terjun ini dikelilingi oleh hutan alami dengan pemandangan yang sangat indah sehingga menjadikan air terjun ini merupakan objek wisata yang eksotis bagi wisatawan yang datang.

7. Air Terjun Sedudo

Air Terjun Sedudo 7 Air Terjun Tertinggi di Indonesia
Air Terjun Sedudo terletak di Ngliman, kecamatan Sawahan. sekitar 30 km dari Nganjuk. Selain sebagai objek wisata, air terjun ini juga sering dijadikan tempat pelaksanaan Upacara Tradisional oleh masyarakat dan Pemerintahan setempat. Hal ini semakin menambah daya trik bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.


sumber : http://uniqpost.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pulau bunaken si Pulau nan Elok



Bunaken adalah sebuah pulau seluas 8,08 km² di Teluk Manado, yang terletak di utara pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau ini merupakan bagian dari kota Manado, ibu kota provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Pulau Bunaken dapat di tempuh dengan kapal cepat (speed boat) atau kapal sewaan dengan perjalanan sekitar 30 menit dari pelabuhan kota Manado. Di sekitar pulau Bunaken terdapat taman laut Bunaken yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bunaken. Taman laut ini memiliki biodiversitas kelautan salah satu yang tertinggi di dunia. Selam scuba menarik banyak pengunjung ke pulau ini. Secara keseluruhan taman laut Bunaken meliputi area seluas 75.265 hektare dengan lima pulau yang berada di dalamnya, yakni Pulau Manado Tua, Pulau Bunaken, Pulau Siladen, Pulau Mantehage berikut beberapa anak pulaunya, dan Pulau Naen. Meskipun meliputi area 75.265 hektare, lokasi penyelaman (diving) hanya terbatas di masing-masing pantai yang mengelilingi kelima pulau itu.
Taman laut Bunaken memiliki 20 titik penyelaman (dive spot) dengan kedalaman bervariasi hingga 1.344 meter. Dari 20 titik selam itu, 12 titik selam di antaranya berada di sekitar Pulau Bunaken. Dua belas titik penyelaman inilah yang paling kerap dikunjungi penyelam dan pecinta keindahan pemandangan bawah laut.
Sebagian besar dari 12 titik penyelaman di Pulau Bunaken berjajar dari bagian tenggara hingga bagian barat laut pulau tersebut. Di wilayah inilah terdapat underwater great walls, yang disebut juga hanging walls, atau dinding-dinding karang raksasa yang berdiri vertikal dan melengkung ke atas. Dinding karang ini juga menjadi sumber makanan bagi ikan-ikan di perairan sekitar Pulau Bunaken.Indriyani A. Rachman 13:42, 27 April 2010 (UTC)


sumber : wikipedia

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pantai Senggigi si Pantai cantik



Pantai Senggigi adalah tempat pariwisata yang terkenal di Lombok. Letaknya di sebelah barat pesisir Pulau Lombok. Pantai Senggigi memang tidak sebesar Pantai Kuta di Bali, tetapi seketika kita berada di sini akan merasa seperti berada di Pantai Kuta, Bali. Pesisir pantainya masih asri, walaupun masih ada sampah dedaunan yang masih berserakan karena jarang dibersihkan. Pemandangan bawah lautnya sangat indah, dan wisatawan bisa melakukan snorkling sepuasnya karena ombaknya tidak terlalu besar. Terumbu karangnya menjulang ketengah menyebabkan ombak besarnya pecah di tengah. Tersedia juga hotel-hotel dengan harga yang bervariasi, dari yang mahal sampai hotel yang berharga ekonomis.

Batu Bolong

Pura Batu Bolong, Lombok
Sekitar setengah jam dengan berjalan kaki, para wisatawan dapat menjumpai Batu Bolong di pantai ini. Ini adalah sebuah pura yang dibangun di atas karang yang terletak di tepi pantai. Menurut legenda masyarakat setempat dahulu kala sering diadakan pengorbanan seorang perawan untuk dimakankan kepada ikan hiu di tempat ini. Legenda lain mengatakan dahulu banyak para wanita yang menerjunkan diri dari tempat ini ke laut karena patah hati. Dari tempat ini juga terlihat Gunung Agung di Pulau Bali.

Batu Layar

Tidak jauh dari Batu Bolong terdapat makam seorang ulama. Ini merupakan tempat suci bagi para penganut Wetu Telu. Batu Layar ramai di kunjungi pada saat " Lebaran topat " yang merupakan lebaran bagi orang yang berpuasa 1 minggu setelah lebaran Idul Fitri.


sumber : wikipedia

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Keindahan Tersisa Kerajaan Kupu-kupu



KERAJAAN Kupu-kupu di kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung masih menyisakan keindahan untuk dinikmati sebagai objek wisata sekaligus wahana edukasi.
Objek wisata Bantimurung masih menjadi primadona bagi sebagian besar warga lokal maupun turis mancanegara ketika berlibur ke Sulawesi Selatan. Pesona kealamian alamnya membuat banyak orang yang menjadikannya tempat berlibur favorit.
Jaraknya hanya sekira 11 kilometer dari pusat kota Maros atau sekira 40 kilometer dari Makassar. Bantimurung terletak di antara hamparan petakan-petakan sawah yang indah dipandang mata, tebing-tebing curam yang terjal, kawasan taman nasional, serta hijaunya pegunungan yang elok, dan kupu-kupu yang beraneka ragam.
Pesona taman nasional Bantimurung tidak hanya air terjun yang sudah sangat terkenal itu. Keberadaan gua di pebukitan karst hingga keelokan kupu-kupu yang terbang gemulai daya tarik lain kawasan wisata Bantimurung.
Saat tiba di Taman Wisata Bantimurung, patung kupu-kupu langsung menyapa pengunjung. Di belakangnya, berdiri kokoh patung monyet. Kedua jenis binatang ini memang ciri khas Bantimurung. Hingga saat ini, monyet atau kera masih sering terlihat dari balik bukit.
Pengunjung memiliki banyak pilihan objek wisata saat berkunjung ke Bantimurung. Selain menikmati dingin dan segarnya air terjun, juga bisa berkunjung ke pusat penangkaran dan museum kupu-kupu. Koleksi kupu-kupunya sangat banyak, mulai dari yang memang hidup di Maros, hingga dari daerah maupun negara lain.
Salah seorang petugas museum kupu-kupu, Mulyadi mengatakan, koleksi kupu-kupu yang telah diperbarui dan dipajang sekitar 352 ekor yang terdiri dari 133 spesies. Jumlah keseluruhan sekitar 360 ekor.
Museum menyimpan sekitar 305 ekor kupu-kupu yang hidup berkembang di Maros. Selebihnya dari luar Maros. Namun, tidak semuanya terpajang, karena spesies dari luar Maros juga cukup banyak.
Kupu-kupu yang ditemukan di Maros di antaranya jenis Papilio Blumei Fruhstorferi yang ditemukan di Desa Laiya pada 1879 oleh peneliti bernama Rober. Jenis lain, Papilio Peranthus Insulicola dengan lokasi penemuan di Bantimurung.
Dari semua koleksi kupu-kupu di Sulsel, yang terbesar jenis Troides Hypolitus Cellularis yang ditemukan di Bantimurung tahun 1895 oleh Rothschild. Sementara kupu-kupu terkecil jenis Iraota Rochana serta jenis Arhopala Herkules yang berwarna ungu. Museum juga menyimpan kupu-kupu dari Amazon, Brazil. Salah satunya jenis Morpho Menelaus.
Secara kasat mata, pembedaan kupu-kupu betina dan jantan hanya dari bentuknya saja. "Kupu-kupu betina biasanya lebih besar, sedangkan jantan bentuknya kecil. Pada bagian ujung perut kupu-kupu betina biasanya tertutup sedangkan jantan terbelah," katanya.
Selain menikmati beragam koleksi kupu-kupu museum juga menyiapkan cinderamata berupa baju kaos bergambar kupu-kupu, gantungan kunci, bingkai kupu-kupu dan kalung. Harganya pun sangat terjangkau antara Rp50 ribu hingga Rp200 ribu. 



sumber : fajar.co.id

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pesona Pantai dan Terumbu Karang Bulu Poloe




LUWU Timur dikaruniai alam yang indah berupa jajaran pegunungan, sungai, danau, pantai serta pulau-pulau. Keindahan ini potensi besar sebagai objek pariwisata yang mendatangkan wisatawan dan pendapatan bagi masyarakat.
Daerah kaya nikel ini memiliki potensi wisata alam yang mulai menjadi incaran wisatawan asing. Salah satu tempat yang paling berpotensi menjadi ikon pariwisata Kabupaten Luwu Timur adalah Pulau Bulu Poloe.
Potensi wisata Bulu Poloe bukan sekadar pasir putihnya yang membentang mengelilingi pulau, tetapi juga menawarkan wisata bawah laut. Terumbu karang dan biota bawah lautnya yang indah dan belum tereksploitasi membuat kunjungan ke pulau berpasir putih ini lebih komplet.
Bulu Poloe dapat dijangkau dari Kota Makassar dengan perjalanan darat sekitar 8-10 jam ke Malili, ibukota Kabupaten Luwu Timur. Tiba di Malili, perjalanan dilanjutkan melalui jalur laut ke Pulau Bulu Poloe menggunakan perahu.
Transportasi ke pulau tersedia di Pelabuhan Balantang, Malili. Perjalanan dari Malili ke Pulau Bulu Poloe membutuhkan waktu sekitar dua jam.
Rute laut menuju Pulau Bulu Poloe dapat pula ditempuh dari Batu Menggoro, daerah pantai yang terletak di Desa Lampia, Kecamatan Malili, kabupaten Luwu Timur. Perjalanan lebih singkat diperoleh bila melalui rute satu ini. Hanya butuh waktu sekitar 30 menit, Anda sudah tiba Pulau Bulu Poloe yang indah.
Kealamian pantai dan keindahan bawah lautnya membuat pengunjung melupakan rasa penatnya selama perjalanan. Laut dan pantainya sangat memesona.
Air lautnya sangat jernih dihiasi aneka terumbu karang yang indah menawarkan sensasi eksotis wisata pantai yang alami. Tidak sedikit penyelam yang menginginkan suasana yang masih sangat alami menjadikan Pulau Bulu Poloe sebagai objek wisata menyelam favorit.
Salah seorang warga Balantang, Aco mengatakan, keindahan terumbu karang dan biota lautnya di Pulau Bulu Poloe tidak kalah dengan wisata bawah laut di tempat lain. "Wisatawan yang suka snorkeling atau diving, sebaiknya merasakan pengalaman menyelam di laut sekitar Bulu Poloe," ajaknya.
Aco mengatakan, penelitian sudah cukup banyak dilakukan pada berbagai terumbu karang. Bahkan ada upaya peningkatan kualitas terumbu karangnya dengan pemeliharaan karang yang masih sangat alami.



sumber : fajar.co.id

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tikus, Pulau Mungil di Bengkulu



SEMPATKAN diri Anda berkunjung ke objek wisata Pulau Tikus, sebuah pulau karang kecil yang berada di sebelah barat kota Bengkulu. Ukuran pulau adalah sekitar 60m x 100m dan di kawasannya terdapat sebuah menara mercusuar.
Di sekitar pulau terhampar bebatuan karang yang menjadi tempat tinggal bermacam jenis ikan, kepiting dan udang. Kawasannya sangat potensial sebagai wisata laut untuk aktivitas seperti memancing, menyelam, dan snorkeling.
Bila ingin menyaksikan pemandangan unik di pantai, tunggulah sampai hari menjadi gelap. Pada malam hari, penyu sisik dan penyu hijau naik ke daratan dan menjadikan pasir putih yang menghampar di pantai pulau Tikus sebagai tempat untuk bertelur pada malam hari.
Beragam jenis burung yang bisa dijumpai di sekitar pantai antara lain burung bangau hitam, burung dara laut, burung kwak maling dan burung pecuk padi. Sedangkan untuk flora yang banyak tumbuh adalah nyamplung, waru, ketapang, kelapa, dan beberapa lainnya.
Sebelumnya Pulau Tikus dijadikan sebagai tempat dimana kapal-kapal berlabuh untuk berlindung dari hempasan badai ombak laut Samudra Indonesia. Untuk mencapai pulau dapat ditempuh menggunakan kapal nelayan sekitar 30 menit dari pelabuhan lama Bengkulu.


sumber : mediaindonesia.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Asyiknya Menyelami Taman Laut Pulau Bobale



Bagi para penggemar olah raga selam, ada baiknya mengunjungi Maluku Utara. Selain terkenal dengan panorama laut yang memanjakan mata, dasar lautnya pun dihiasi taman indah.
Salah satu destinasi wisata selam adalah Pulau Bobale. Pulau mungil berpasir putih itu digemari para penyelam karena taman lautnya yang memesona. Letak Bobale ada di Kabupaten Halmahera Utara, tak jauh di depan Desa Daru, Kecamatan Kao.
Di perairan pulau tersebut terdapat lebih dari satu titik selam yang kaya dan indah. Pada kedalaman 2-10 meter, para penyelam bisa menjumpai hamparan terumbu karang dan keaneka ragaman biota laut.
Kondisi air laut di Bobale pun sangat jernih. Sehingga kedalaman dua meter dasar lautnya bisa terlihat jelas dari permukaan.
Sisa-sisa peninggalan Jepang semasa Perang Dunia II bisa dijumpai pada kawasannya. Misalnya bunker (sejenis bangunan pertahanan militer) 3 ruangan berukuran sedang yang terletak di tebing pantai.
Untuk akses masuk ke Bobale, pengunjung bisa melalui Desa Daru di wilayah Kao, sekitar 57 kilometer selatan Tobelo. Sedangkan dari pelabuhan Daru, Pulau Dodola, hanya memakan waktu 20 menit dengan menyewa speedboat dari penduduk setempat.
Saat melakukan penyelaman, Anda dilarang untuk berpijak diatas bunga karang. Carilah dasar pijakan yang tak mengakibatkan kerusakan pada bunga karang. Untuk kegiatan snorkeling dan penyelaman diwajibkan membawa perlengkapan sendiri.


sumber : travelista

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Geotrek Rinjani Masuk 15 Destinasi Unggulan



Kawasan Geotrek Rinjani bakal jadi satu dari 15 unggulan destinasi pariwisata ke Indonesia. Boleh jadi karena keperluan pengusulan sebagai Geopark Rinjani, pemerintah meminta dilakukan penguatan kelembagaan.

Salah satunya, menurut pejabat fungsional Museum Geologi Bandung Heryadi Rachmat, pemerintah akan menjadikan Rinjani Trek Management Board (RTMB) sebagai contoh lembaga pengelola kawasan Taman Wisata Alam di Indonesia.

RTMB merupakan gabungan kemitraan dari Taman Nasional Gunung Rinjani, industri pariwisata dan masyarakat setempat. Di dua lembah Rinjani, yaitu masing-masing dibentuk kelembagaan Rinjani Trek Centre (RTC) di Senaru dan Rinjani Information Centre (KI) di Sembalun Lawang. "Ini akan menjadi contoh pengelolaan kawasan wisata di Indonesia," kata Heryadi Rachmat kepada Tempo, Jumat, 25 November 2011.

Selesai mengikuti pameran World Nature and Cultural Heritage selama tiga hari, 22-25 November di Bali, Manajer RTMB Asmuni di Mataram juga menjelaskan bahwa selama ini juga telah dibentuk Koperasi Citra Wisata di Senaru yang memiliki lebih 170 porter sebagai anggotanya.

Selain itu, di Sembalun juga terbentuk Koperasi Sinar Rinjani yang anggotanya 150-an orang. "Di situ juga ada pembekalan mengenai vulkanologi dan geologi. Bukan sekedar informasi ketinggian gunung saja,’’ ujarnya. Selama ini kurang pengetahuannya tentang kegunungapian Rinjani.

Seperti diketahui, terkenalnya keindahan Danau Kaldera Segara Anak telah menyebar ke mancanegara. Ramainya peminat pendakian telah menjadikan Gunung Rinjani, yang merupakan taman nasional, harus dikelola dengan lebih baik.

Dengan terbentuknya RTMB yang sebenarnya merupakan forum kepedulian dari berbagai pemangku kepentingan atas Rinjani, yaitu pihak TNGR sendiri, Dinas Pertambangan dan Energi serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), asosiasi pemandu wisata, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, klub-klub pencinta alam, serta masyarakat lokal yang telah turun-temurun mendiami kaki dan lereng bawah Gunung Rinjani, maka pengelolaan trekking ke Gunung Rinjani akan lebih terkoordinasi.

Gunung Rinjani (+ 3.726 m di atas permukaan laut) di Pulau Lombok adalah salah satu gunung api aktif itu. Gunung api yang menjadi tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Kerinci (+ 3.805 m dpl) di Jambi-Sumatera Barat, merupakan gunung api indah dan tergolong mempunyai Danau Kaldera yang langka.

Selama pengelolaannya, Rinjani telah mengantongi dua penghargaan, yaitu World Legacy Award untuk kategori Destination Stewardship dari Conservation International and National Geographic Traveler 2004 dan Tourism for Tomorrow Award pada 2007 lalu.

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) diminta menyusul memberikan dukungan untuk mengajukan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) sebagai geopark. Setelah Batur Geopark dan Pacitan Geopark didaftarkan ke UNESCO Global Network of National Geoparks, Indonesia juga mengusulkan Marangin di Jambi.

Sebelumnya, Kementerian Kebudayaan dan Parwisata sudah memberikan dukungan usulan Batur Geopark dan Pacitan Geopark ke Global Earth Observation Section, Division of Ecological Correlation and Earth Sciences UNESCO-International Geological Programme (IGCP). Persyaratannya harus mengisi formulir khusus, memberi narasi, dan self-evaluation.

Geopark adalah salah satu destinasi geowisata (geotourism). Kecenderungan dunia untuk mengkonservasi warisan budaya dan alamnya menjadi landasan mengapa geopark harus terbentuk. Pentingnya status geopark adalah untuk bisa meningkatkan pertumbuhan kepariwisataannya.

Jaringan 53 geopark yang ada sekarang ini di seluruh dunia mendapat perhatian penuh UNESCO, terutama dalam bantuan penanganannya, serta secara otomatis akan terdaftar sebagai destinasi geowisata dunia.

Dalam rangka penyusunan data dan informasi untuk pengajuan Rinjani sebagai geopark, maka telah dilakukan observasi geologis di Gunung Rinjani dan sekitarnya. Observasi dilakukan oleh empat ahli geologi, yaitu Heryadi Rahmat dan Kun Dwi Santoso (Dinas Pertambangan dan Energi NTB), Igan S. Sutawijaya dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, dan Budi Brahmantyo (Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB).

Obyek-obyek yang diobservasi meliputi beberapa air terjun yang berada di kaki Gunung Rinjani serta pelaksanaaan trekking dari Senaru, naik ke Plawangan, menuruni Danau Segara Anak, naik kembali ke Plawangan Sembalun, dan turun ke arah Sembalun.




sumber : http://www.tempo.co/read/news/2011/11/25/199368471/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Keelokan Alam Curug Cipendok



Cipendok Terletak di desa Karang Tengah kecamatan Cilingok, kurang lebih 15 km di sebelah barat Kota Purwokerto.
Obyek wisata alam ini berupa air terjun dengan ketinggian 92 m yang dikelilingi pemandangan alam dan hutan yang indah.
Asal mula nama Curug Cipendok memiliki kisah tersendiri. Ketika usai Perang Diponegoro, pemerintah kolonial Belanda menugaskan Wedana Ajibarang bernama R. Ranusentika bekerja rodi membabat hutan di lereng gunung ini.

Untuk mengusir rasa bosan dan lelah, dia pergi memancing ikan di sebuah air terjun yang dibawahnya terdapat ceruk atau kedung yang dalam.
Ketika kail diarahkan ke kedung, R. Ranusentika merasa ujung kail ditarik oleh seekor ikan yang besar, namun ketika ujung kail ditarik, bukanya ikan yang besar yang tersangkut mata kail, melainkan pendok atau warangka keris berwarna kuning keemasan yang tersangkut mata kail.
Sejak saat itulah air terjun ini dinamai Curug Cipendok.



sumber : wartanews.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pesona Alam Gunung Batu Lawang





Gunung ini merupakan gunung dengan udara yang masih segar, udara segar yang belum tercampur dengan polusi.
Bukit ini sangat cocok untuk dikunjungi penggemar hiking, karena medannya yang lebih landai dan keindahan alam yang menghiasi sepanjang perjalanan.
Dari gunung ini anda dapat melihat pemandangan yang ada di Kota Cilegon. Gunung yang berada di wilayah Gerem – Merak dengan lingkungan alam yang masih alami, sejuk dan segar merupakan atraksi utamanya.
Sebagai daya tarik dari obyek wisata ini adalah panorama keindahan Kota Cilegon. Walaupun ketinggiannya tidak melebihi 100 meter, namun lingkungan alamnya masih asli dan dan udaranya segar, yang membuat kita ingin berlama-lama di obyek wisata ini.
Bagi Anda yang menyukai tantangan dapat mengunjungi obyek wisata gunung Batu Lawang. Dari gunung tersebut akan terlihat indah dan menakjubkan bangunan-bangunan.
Dan tempat wisata lain yang berdiri di Kota Cilegon. Di sepanjang perjalanan Anda akan disuguhi dengan panorama pegunungan yang indah dan mempesona.



sumber : wartanews.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pesona Alam Danau Sekar Biru


Danau Sekar Biru ini berada di sekitar Taman Salim Perumnas Desa Sekar Biru Kecamatan Jebus Kabupaten Bangka Barat.
Beberapa tahun terakhir sekitar danau ini diadakan perlombaan diantaranya Motorcross.
Tempat ini memang sangat indah dan menarik dijadikan tempat wisata. Namun danau ini berwarna biru, jadi agak aneh tapi bukan karena legenda apa-apa, hanya peristiwa alam, mungkin pantulan sinar matahari ke dasar kolong yang berdinding tanah kaolin (tanah liat galian timah).
Namun walau bagaimana Sekar Biru amat menarik dijadikan objek wisata.



sumber : wartanews.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Danau Kelimutu, Tiga Warna Sejuta Pesona


Bagi anda yang hobi melakukan aktivitas alam, lakukanlah perjalanan ke Danau Tiga Warna, Kelimutu, yang berada di utara pulau Flores, tepatnya di Desa Pemo, Kecamatan Moni, Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Menurut beberapa sumber yang ditemui, waktu terbaik menikmati pemandangan di danau alami yang terletak di atas Gunung Kelimutu itu adalah pagi hari saat matahari terbit.
Perjalanan dapat ditempuh dari kota Ende yang memakan waktu kurang lebih dua jam dengan kecepatan standar. Untuk mendapatkan pemandangan sunrise yang menakjubkan, anda harus berangkat sekitar pukul 03.30 Wita.
Akses transportasi menuju ke danau tersebut tidak begitu mudah, namun wisatawan lokal maupun asing biasa memilih untuk menyewa kendaraan lewat agen-agen wisata setempat, atau jika pandai mendekati masyarakat lokal, tidak sulit kita bisa menyewa sepeda motor mereka. Tapi jangan lupa untuk memeriksa kondisi kendaraan sebelumnya, jangan sampai wisata anda terganggu oleh kendala teknis yang diakibatkan karena kelalaian kita sendiri.
Atau jika kita tidak ingin terburu-buru berangkat dini hari, bisa juga memilih untuk menginap di beberapa home stay yang dikelola oleh penduduk sekitar dengan kisaran harga Rp 25.000 hingga Rp 50.000. Atau kita juga bisa menginap di cottage yang disediakan pemerintah setempat dengan kisaran harga Rp 50.000 hingga Rp 75.000. Semua tergantung kebutuhan anda.
Kurang lebih dua jam menyusuri jalan berkelok-kelok, jurang dan tebing di sisi-sisinya, serta kondisi jalanan yang kurang begitu mulus di beberapa bagian hingga kita bisa sampai di Kampung Moni, kampung yang terletak di kaki Gunung Kelimutu. Hawa dingin menyengat hingga ke tulang, pakaian tebal menjadi kewajiban bagi perjalanan kali ini. Oleh sebab itu, bagi anda yang memiliki alergi dingin, disarankan untuk memakai pakaian yang tebal.
Dari Kampung Moni, danau yang pernah masuk nominasi keajaiban dunia itu tinggal berjarak tempuh 45 menit saja. Jalan yang dilalui pun mulai menyempit dan menanjak. Namun pemandangan alam di sisi kiri dan kanan menjadi obat lelah dan membuat perjalanan penuh tantangan ini terasa menyenangkan.
Untuk memasuki taman nasional Kelimutu ini, kita hanya membayar retribusi sebesar Rp 2.000 saja. Untuk sampai ke bibir danau, kita masih harus menapaki anak tangga dan jalan bebatuan kurang lebih 20 menit. Kicauan burung dan suara serangga hutan menemani tiap langkah menuju danau yang terletak 1.690 meter di atas permukaan laut itu hingga kita sampai di titik pandang.
Tergores ciptaan Yang Maha Esa di depan mata, tiga danau berbentuk kawah yang terpisah di sisi kiri dan kanan. Jika disesuaikan dengan pandangan mata, danau di sebelah kiri berwarna hitam kecoklatan atau dalam bahasa daerah disebut Tiwu Ata Mbupu yang menurut kepercayaan masyarakat lokal, danau tersebut adalah persinggahan arwah-arwah orang tua.
Sedang yang di sebelah kanan, terdapat dua danau terpisah tebing tipis. Yang berwarna biru muda masyarakat lokal menyebutnya Tiwu Nuwa Muri Ko'o Fai atau danau persemayaman arwah muda-mudi, sedang yang paling kanan berwarna hijau tua bernama Tiwu Ata Polo, yang dipercaya sebagai persemayaman arwah orang-orang jahat.
Menurut warga lokal yang menemani di situ, anda termasuk orang yang beruntung jika dalam perjalanan bertemu seekor kera. Masyarakat setempat percaya bahwa danau tersebut adalah danau keramat dan memberikan kesuburan pada daerah sekitarnya, maka tak jarang sering diadakan upacara adat di danau tersebut di mana masyarakat memberikan persembahan hasil bumi kepada arwah di danau tersebut.
Perubahan alam dan kepercayaan abadi
Gunung Kelimutu pernah meletus pada tahun 1886 dan meninggalkan tiga kawah berbentuk danau yang warna airnya dapat berubah-ubah secara tak terduga, sesuai dengan kandungan mineral dan cuaca. Perubahan tak terduga warna air danau tersebut menjadikan misteri tersendiri yang belum mampu dipecahkan hingga sekarang.
Patut diketahui, dahulu danau ini pernah berwarna merah, putih dan biru. Bagai dua sisi mata uang yang tak mampu dipisahkan, perubahan alami berjalan harmonis dengan kepercayaan abadi masyarakat lokal membuat danau ajaib ini menjadi daya tarik sendiri bagi semua orang, terkhusus bagi anda penggiat alam bebas dan penggemar pemandangan alam.



sumber :travel.kompas.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS